Langsung ke konten utama

Mewaspadai Isu Politik Pilgub Sulsel

Opini:
Mewaspadai Isu Politik Pilgub Sul-Sel
Oleh:
Adhe Junaedi Sholat

“Dalam dunia politik perbedaan antara kebaikan dan kejahatan terlampau tipis” itu kata Jhon Calvin.

Perang opini tidak hanya berlangsung antara bakal calon Gubernur, namun juga berlangsung di berbagai kalangan masyarakat, dari sosial media hingga ke warung kopi. Mungkin Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Sulawesi Selatan tidak semasif pilgub di DKI Jakarta yang lalu, namun tetap saja sentimen dan aroma pilgub di Sulawesi Selatan mampu membelah masyarakat ke dua kubu bahkan tiga kubu yang berseberangan.

Jelang pemungutan suara yang akan berlangsung pada bulan Juni tahun depan nanti, sudah tidak bisa dipungkiri bahwa isu adalah senjata ampuh yang dipergunakan untuk membuat lawan tersungkur. Tak penting apakah isu yang ditebar mumpuni atau tidak tapi itu adalah strategi yang selalu mengental dalam setiap hajatan politik. Namanya juga isu, sehingga perlu kecerdasan untuk mencari kebenaran yang sahih didalamnya. Seiring waktu yang kian dekat dengan pemungutan suara, isu bisa saja secara tiba-tiba menyerang bakal calon Gubernur di Sulawesi Selatan yang dilontarkan oleh lawan politik.

Bagi penulis isu yang dilontarkan lawan sebenarnya adalah suplemen yang baik untuk menambah energi dalam menyerap aspirasi masyarakat. Bakal calon Gubernur akan semakin bersemangat, tak kehilangan tenaga berjalan dan terus blusukan dari daerah satu ke daerah lainnya untuk bertemu langsung dengan masyarakat. Mereka tidak goyah bahkan terganggu dengan kabar angin atau kabar burung yang sengaja dihembuskan lawan. Bagi mereka dukungan masyarakat lebih penting dari pada sekadar menanggapi isu tersebut.

Gagasan politik
Sejatinya seorang politikus dan calon pemimpin, harus mampu menjual ide dan program yang cemerlang kepada masyarakat, bukan dengan menebar isu. Dengan menyampaikan ide dan gagasan ketika masa kampanye akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menilai ide dan gagasan serta program dari seesorang yang ingin menjadi Gubernur atau Wakil Gubernur. Orang cerdas akan bicara ide, gagasan dan program bukan bicara isu atau membicarakan orang lain. Sebagai calon pemimpin kita harus memberi pencerahan kepada masyarakat sehingga mereka tidak berpikir bahwa politik itu jahat karena saling menyerang satu dengan yang lain.

Penulis juga menghimbau kepada seluruh tim sukses maupun relawan dan sahabat agar tetap tenang dalam menaggapi setiap isu negatif yang bisa saja datang kapan saja yang dimainkan oleh lawan politik dan tim suksesnya. Politik tidak equal dengan putar balik atau penipuan, politik sebuah kesucian yang memberi penerangan sekaligus menggarami, karena politik tidak gelap dan tidak busuk.

Cintailah rakyat kita dengan memberikan pengetahuan politik dan pembangunan yang baik dan benar, tidak dengan tipu menipu. Bekerjalah dengan penuh cinta, karena cinta dapat merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Di masa pilgub ini penulis berpesan kepada semua Pejabat, Bupati, para Camat, Kepala Desa dan PNS di Sulawesi Selatan agar jangan mewarnai pemerintahan di Sulawesi Selatan ini dengan setumpuk jasa tetapi dibarengi dengan segudang dosa. Penulis juga juga menghimbau kepada semua politisi khususnya bakal calon Gubernur dan wakil Gubernur yang akan bertarung dalam pilgub yang akan berlangsung pada bulan Juni tahun depan nanti untuk tidak melihat dan menggunakan hajatan politik untuk menipu atapun melakukan pembodohan, karena politik tidak sama dengan kebohongan.

“Politik itu institusi yang akan menahan lajunya kejahatan untuk tidak merasuk masuk ke dunia kebaikan karena dalam dunia politik beda antara kebaikan dan kejahatan terlampau tipis , itu kata Jhon Calvin. Dalam dogma Kristiani, Politik itu harus mampu menerangi sekaligus menggarami, karena politik tidak gelap dan juga tidak busuk. Semua isu negatif yang dialamatkan kepada siapa saja, wajib diluruskan karena yang ditakutkan, apa yang dikatakan oleh pejuang kemanusian bangsa India Mahatma Gandhi bahwa jika kejahatan harus dibalas dengan kejatahan maka dunia ini akan penuh dengan penjahat. Jika satu mata dibalas dengan satu mata maka dunia ini akan dipenuhi dengan orang buta. Jika para politisi selalu menebar isu kebohongan dan penipuan, maka Sulawesi Barat akan dipenuhi oleh para penipu.”

Sebentar lagi akan ada momen serentak dalam urusan politik yang makin memanas dan bikin gerah para pihak terkait dalam Pemilihan Keoala Daerah. Sekal lagi penulis berpesan, jangan sampai persoalan politik menjadi kendala macetnya dan terhambatnya silaturahmi apalagi antar keluarga karena sudah dibaurkkan dengan persoalan politik. Ayo berdemokrasi dengan baik dan terhormat (*)


Makassar, Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menakar Keterbukaan Media Sebagai Penyedia Informasi di Masyarakat.

OPINI-Adhe Junaedi Sholat “Media harus dievaluasi agar tidak sekedar basa basi. Saatnya media terbuka dan transparan". Akhir-akhir ini masyarakat diresahkan oleh penyebaran informasi yang tersebar luas di Internet, yang jika dicermati hanya sekadar basa basi tanpa didasari oleh fakta yang ada. Penyebaran informasi di negeri ini lambat laun mengalami fase kepudaran. Desain informasi yang syarat akan makna dan kebenaran, kini syarat akan kepalsuan yang didasarkan akan kepentingan yang tiada batas. Para penyebar informasi palsu tak mengenal ruang. Ujaran fitnah dan isu SARA kian hari semakin membludak dan mengadu domba masyarakat. Oknum media sosial memanfaatkan situasi yang ada, yang sarat dengan perseteruan karena racun benci dan dendam, menambah kekacauan karena politisasi isu SARA. Jika ini terus dibiarkan dan menganggap masalah ini adalah hal yang biasa-biasa saja, maka nasib bangsa ini semakin mengerdil dan tidak mencerminkan bangsa yang menjunjung nilai-nilai keadilan,

PEREMPUAN: BANYAK AKAL BANYAK JURUS

PEREMPUAN: BANYAK AKAL BANYAK JURUS Sesulit-sulitnya jadi (maha) siswi, ia selalu punya cara untuk bermain curang dan bahagia selanjutnya. (Maha) siswi juga bebas gosip sana-sini, membicarakan sesama teman perempuan maupun laki-laki, bebas mengeluh apa saja sama dosen dan di akun media sosial pribadinya, dan tetap merasa benar di kemudian hari.  Bagaimana dengan (maha) siswa? Tentu tidak bisa begitu. Ruang gerak laki-laki sungguh terbatas. Pihak birokrasi tentu akan segera memblok akun sosial media (maha) siswa yang nyinyir-nyinyir apalagi joget-joget di ruang jurusan terlebih talekang . Meski begitu, dari sepengetahuan teman, saya cukup tegar menghadapi kenyataan bahwa (maha) siswi dan (maha) siswa begitu dibedakan dalam hal mencuri hati birokrasi. (Maha) siswa yang tidak ber IPK tinggi dan tidak pandai melempar gagasan apa pun jika diskusi berlangsung di kelas, barangkali ditakdirkan dengan kesialan se-sial-sialnya (maha) siswa. Demi penjual ‘ pop-ais ’ saya yakin,

Kiat mudah (meski tidak mudah-mudah amat) mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah

Jika ada orang yang mengatakan "Rejeki sudah ada yang atur", itu sepenuhnya tidak salah, karena yang mengatur adalah Anda sendiri.  Jaman sekarang tidak usah terlalu berharap mau mendapat pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikan (ijazah) kalau kenyataannya memang Anda tidak ahli di bidang itu. Nilai bisa bohong, pengetahuan tidak. Kalau pun ada yang mendapat pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya (ijazahnya), dan mungkin Anda salah satunya. Saya ucapkan selamat.  Tetapi jika Anda masih berpikir Anda harus bekerja sesuai dengan Ijazah? Anda salah. Menurut pengamatan, latar belakang pendidikan bukan lagi syarat utama untuk bekerja di satu instansi. Bukan maksud merendahkan, seolah kuliah bertahun-tahun tidak punya arti sama sekali selain hanya untuk mendapat selembar ijazah. Misalnya, dulu Anda kuliah jurusan A, tetapi malah diterima bekerja di bidang E. Tidak salah, syukur. Pencari tenaga kerja memang tidak menanyakan apa agamamu , eh maksud